Jumat, 07 Januari 2011

perencanaan evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN

Kelebihan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun seorang pendidik biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan di dalam kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada pendidik tentang bagian-bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan bagian-bagian mana yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaiakn-perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu program masih berjalan maupun setelah program itu selesai dilaksanakan. Perbaikan yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan, berguna untuk keperluan penyempurnaan pengajaran pada tahun berikutnya.
Di dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan tentang makna evaluasi di dalam pendidikan beserta dengan segala aspek yang ada pada bagian-bagiannya.










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Menurut Norman E. Gronlund (1976), Evaluation is a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil. (evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menetukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa).
Hampir senada dengan pendapat diatas, menurut Suchman (1961 dalam Anderson, 1975), evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Sedangkan Prof. DR. Oemar Hamalik berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu system pengajaran.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan hasil atau penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain evaluasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tingkat kemajuan belajar para peserta didik.

B. Perencanaan Evaluasi
Dalam merancang sistem pengajaran langkah awal yang dilakukan setelah merumuskan tujuan adalah mempersiapkan rencana evaluasi yang menyeluruh. Terdapat beberapa manfaat perencanaan evaluasi, antara lain:
1. Rencana evaluasi membantu dalam menentukan apakah tujuan-tujuan telah dirumuskan dalam artian tingkah laku.
2. Sebagai persiapan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
3. Memberikan waktu yang cukup dalam merancang tes.

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan evaluasi pada umumnya mencangkup enam jenis kegiatan:
1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.
2. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi; misalnya apakah aspek kognitif, afektif atau psikomotorik.
3. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunankan dalam pelaksanaan evaluasi (tes atau non-tes).
4. Menyusun alat-alat yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
5. Menentukan tolok ukur, norma atau criteria yang akan dijadikan pegangan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
6. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi.

C. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
Secara garis besar, evaluasi memiliki fungsi pokok sebagai berikut;
a) Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
c) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Sedangkan tujuan evaluasi secara garis besar adalah untuk:
1. Menghimpun keterangan-keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
3. Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
4. Mencari dan menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.

D. Alat Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Harjanto dalam bukunya Perencanaan Pengajaran, alat untuk mengadakan evaluasi pengajaran, pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: tes dan non tes.
a) Tes
Pengertian tes di sini adalah cara yang digunakan atau ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee (peserta tes) .
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan/ tindakan.
Tes lisan biasanya berbentuk seperti hafalan yang kemudian disetorkan pada pendidik, misalnya hafalan juz’ama atau doa sehari-hari. Sedangkan perbuatan atau tindakan lebih berbentuk praktek, misalnya praktek sholat.
Bentuk tes tertulis, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tes essay, yaitu tes yang berbentuk pertanyaan tertulis yang jawabannya merupakan kerangka (essay) atau kalimat yang panjang-panjang.
Cara menyusun soal-soal essay antara lain;
a. Pertanyaan mengukur secara jelas hasil belajar yang harus dikuasai peserta didik
b. Menggunakan bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyusun soal essay
c. Diawali dengan kata-kata jelaskan, uraikan, sebutkan, bedakan dan sebagainya.
d. Rumuskan soal secara jelas, sehingga tidak menimbulkan arti ganda bagi peserta didik
e. Sesuaikan panjang pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan peserta didik
f. Tuliskan seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut
Contoh: Jelaskan perbedaan antara wudhu dengan tayamum!
Pedoman atuaran dalam menilai soal essay antara lain;
a. Jawaban terhadap tes essay hendaknya dinilai sesuai dengan hasil belajar yang diukur
b. Buatlah kunci jawaban sebagai penuntun dalam menskor
c. Penskoran hendaknya dilakukan dengan metode perbandingan dengan penggunaan criteria yang sudah ditentukan sebagai penuntun
d. Evaluasilah semua jawaban peserta didik soal demi soal, bukan peserta didik demi peserta didik
e. Nilailah jawaban atas suatu pertanyaan essay tanpa mengetahui identitas peserta didik yang menjawabnya.

2. Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapa pun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes ini sering disebut sebagai short-answer test.
Bentuk tes objektif ada dua;
a. Completion type tes
• Completion test (tes melengkapi)
Contoh:
Isilah titik-titik di berikut ini dengan jawaban yang benar dan tepat.
Malaikat yang bertugas sebagai penjaga pintu surga adalah…
• Fill-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Contoh:
Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang tepat!
Nabi Muhammad adalah nabi yang ke- (1) …… lahir pada tanggal (2)……….… rabiul awal tahun (3) ……. Ibunya bernama (4) ……dan ayahnya bernama (5) ……
Dalam menyusun tes objektif hal yang dipertimbangkan antara lain:
 Bahasa yang digunakan hendaknya jelas, kalimat mudah dipahami
 Jawaban merupakan kalimat singkat
 Jumlah soal dibatasi (10-20)

b. Selection type test
• True-false (benar salah), yaitu kalimat atau pertanyaan yang mengandung dua kemungkinan jawaban; benar atau salah.
Cara menyusunnya:
 Hindarkan soal yang dapat dinilai benar dan salah secara meragukan
 Soal tidak boleh mengandung kata-kata yang terlalu menunjukka jawabannya
 Hindarkan pertanyaan yang negative yang mengandung kata tidak atau bukan
 Hindarkan kalimat yang terlalu panjang
Contoh: B – S : huruf ( ر dan ل ) merupakan huruf hijaiyah yang apabila bertemu dengan fathah tanwin maupun nun sukun maka dibaca dengan mendengung.
• Multiple choice (pilihan ganda)
 Stetemen harus jelas merumuskan suatu masalah
 Baik statemen maupun option tidak merupakan suatu kalimat yang terlalu panjang
 Option hendaknya homogeny
 Masukkan sebagian besar kata-kata dalam bagian pokok pertanyaan
 Nyatakan pokok pertanyaan sedapat mungkin dalam bentuk yang positif
Contoh:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan membubuhkan tanda (X) pada huruf abjad a,b,c, atau d
1. Apabila kita masuk masjid disunahkan untuk melakukan shalat……
a. Tahiyatul Masjid b. Rawatib c. Dhuha d. Tarawih
2. Ada beberapa benda yang dapat dipergunakan untuk bersuci, kecuali….
a. air hujan b. debu c. air laut d. air kelapa

• Matching (menjodohkan)
 Jumlah soal tidak terlalu banyak, tingkat kesukarannya disesuaikan tingkat kematngan peserta didik
 Sangat baik untuk mengevaluasi hal-hal yang factual
 Keseluruhan soal sebaiknya homogen
 Jumlah respon harus sedikitnya satu lebih banyak dari jumlah premisnya
Contoh:
Di bawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan daftar II. Tiap-tiap kata pada daftar I mempunyai pasangan yang terdapat pada daftar II. Tulislah huruf abjad yang terdapat pada daftar II pada titik-titik yang terdapat pada daftar I.
1.

2.
…... Shalat sunnah yang dilaksanakan pada tiap malam bulan Ramadhan.
…. Shalat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki masjid. A. Istiqa’
B. Tarawih
C. Rawatib
D. Mutlak
b) Non-tes, merupakan penilaian yang umumnya menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup, dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan baik secara individu maupun secara kelompok.
pengevaluasian non tes ini berperan dalam mengevaluasi dari segi sikap hidup dan keterampilan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengamatan, wawancara, angket, dan pemeriksaan dokumen.
E. Prinsip-prinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Adapun prinsip-prinsp dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar antara lain:
a) Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional
b) Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan
c) Mencangkup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang didinginkan sesuai dengan tujuan
d) Dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Berdasarkan hal ini, secara umum ada empat jenis evaluasi:
• Evaluasi placement, yaitu evaluasi yang digunakan untuk penentuan penenmpatan peserta didik dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu
• Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun peserta didik
• Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan peserta didik yang bersangkutan
• Evaluasi diagnostic, yaitu evaluasi yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar peserta didik, seperti latar belakang psikologis, pisik, dan lingkungan social ekonomi peserta didik.
e) Dibuat se-reliable mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.
f) Digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru.

F. Sistem Penilaian
Crepetion Refrenced Test ( CRT ) memiliki 2 pengertian :
1. Menunjukan hubungan antara tujuan-tujuan yang bersifat behavioral dan soal yang dibuatnya.
2. Menunjukan sampai batas mana peserta didik diharapkan dapat menguasai kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pengajaran
Menurut Dich dan Carrey ada 4 jenis Crepetion Refrenced Test ( CRT ), diantaranya sebagai berikut :
1. Entry behavioral test
2. Pre test
3. Post test
4. Embedded test






















BAB III
PENUTUP

Dari rangkaian uraian di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari rangkaian proses belajar mengajar yang sangat diperlukan guna mengetahui ketercapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi juga dapat dipergunakan untuk memperbaiki pengajaran yang telah berlangsung.
Teknik evaluasi yang diterapkan dapat berbentuk tes maupun non-tes. Bentuk tes yang digunakan berupa tes lisan, tertulis, maupun praktek. Sedangkan non-tes dapat dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, angket, pemeriksaan dokumen.
Tes yang akan dilakukan harus berdasarkan pada prinsip-prinsip; Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional, mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan, mencangkup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang didinginkan sesuai dengan tujuan, dirancang sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan, dibuat se-reliable mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik, dan digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru.














DAFTAR PUSTAKA

Harjanto. Perencanaan Pengajaran. 2005. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim, M. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, Suharsimi dan Abdul Jabar, Cepi Safruddin . Evaluasi Program Pendidikan. 2004. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. 2004. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. 2003. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-tehnik-penilaian-nontes.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar